![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgr23ZnOmWEF_Q-V-vgxXg85SKdZHtX9Ys7Zz14G2ff3yjVMybh-gh46Ofxi9DogeYKDytJkqsW85I4nr45Zb1pLY768HQcJDoUTCsTqw-TQIbV4wDqwxHEkqejoFnc18exomTMoacKuYs/s400/Maulid-Nabi-Muhammad-SAW.jpg)
Kisah Nyata I
Utbah bin Abi Mu`id (kafir Quraisy) membawa sekantung kotoran unta yang telah tersimpan selama 3 hari 3 malam, lalu mengangkatnya tepat di atas kepala Nabi SAW dan merobeknya sehingga mengotori kepala dan wajah Nabi SAW.
Suatu ketika, orang-orang kafir Quraisy menyewa seorang Yahudi untuk menyakiti Nabi. Di lorong yang biasa dilewati Nabi SAW untuk menuju Ka`bah, orang Yahudi itu berdiri untuk menunggu Nabi SAW. Di saat Nabi lewat, dia memanggil Nabi.
Beliau pun menengok, karena beliau tidak pernah mengecewakan siapa pun yang memanggilnya. Di saat itulah Yahudi tadi meludahi wajah Rasulullah SAW. Nabi tidak sedikit pun marah atau menghardik Yahudi itu.
Keesokan harinya, Nabi kembali berjalan di tempat yang sama. Tidak sedikit pun beliau merasa dendam atau berusaha untuk menjauhi jalan tersebut. Sesampainya di tempat yang sama, Nabi pun kembali dipanggil dan diludahi seperti sebelumnya.
Demikianlah kejadian itu terus berulang selama beberapa hari, hingga pada suatu hari Nabi tidak mendapati lagi orang yang meludahinya selama itu. Nabi pun bertanya dalam hatinya, “Kemana gerangan orang yang selalu meludahiku?”
Setelah menanyakannya, tahulah Nabi bahwa orang tersebut jatuh sakit. Nabi pun pulang ke rumah untuk mengambil makanan yang ada, dan tak lupa pula mampir ke pasar membeli buah-buahan untuk menjenguk Yahudi yang tengah sakit itu.
Sesampainya di rumah si Yahudi, Nabi mengetuk pintu. Dari dalam rumah terdengar suara lirih Yahudi yang tengah sakit mendekati pintu sembari bertanya, “Siapa yang datang?”
“Saya, Muhammad,” jawab Nabi SAW.
“Muhammad siapa?” terdengar suara Yahudi itu kembali bertanya.
“Muhammad Rasulullah,” jawab Nabi lagi.
Setelah pintu dibuka, alangkah terkejutnya si Yahudi menyaksikan sosok yang datang adalah orang yang selama itu disakitinya dan diludahi wajahnya.
“Untuk apa engkau datang kemari?” tanya Yahudi itu lagi.
“Aku datang untuk menjengukmu wahai saudaraku, karena aku mendengar engkau jatuh sakit,” jawab Nabi SAW dengan suara yang lembut.
“Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa sejak aku jatuh sakit, belum ada seorang pun datang menjengukku, bahkan Abu Jahal sekalipun yang telah menyewaku untuk menyakitimu, padahal aku telah beberapa kali mengutus orang kepadanya agar ia segera datang memberikan sesuatu kepadaku. Namun engkau, yang telah aku sakiti selama ini dan aku ludahi berkali-kali, justru engkau yang pertama kali datang menjengukku,” kata Yahudi itu dengan nada terharu.
Keagungan akhlaq Nabi SAW telah meluluhkan hatinya. Ia pun memeluk Nabi dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Sumber
Kisah Nyata II
Alkisah, hiduplah di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis yahudi yang buta. Hari demi harinya ia lalui dengan selalu berkata “Wahai saudaraku, jangan kau dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”
Setiap pagi baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyiapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melakukannya hingga menjelang beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam wafat. Setelah kewafatan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis yahudi buta tersebut.
Suatu hari Abu Bakar r.a. berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah r.a. Beliau bertanya kepada anaknya, “Anakku, adakah sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam belum aku kerjakan?”. Aisyah r.a. menjawab pertanyaan ayahnya tersebut “Wahai ayahku, engkau adalah seorang ahli sunnah, hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja.” “Apakah itu?” tanya Abu Bakar r.a. “Setiap pagi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis yahudi buta yang berada di sana.” kata Aisyah r.a.
Keesokan harinya, Abu Bakar r.a. pergi ke ujung pasar tersebut dengan membawakan makanan untuk diberikan kepada pengemis tersebut. Abu Bakar r.a. mendatanginya dan memberikan makanan itu kepadanya, ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, pengemis itu marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?”. Abu Bakar r.a. menjawab, “Aku orang yang biasa.” “Bukan! engkau bukan orang yang biasa mendatangiku!.” Jawab pengemis itu. “Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya, setelah itu ia berikan kepadaku dengan mulutnya sendiri.” pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu. “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu, aku adalah salah satu dari seorang sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.” Setelah pengemis itu mendengarkan perkataan Abu Bakar r.a., ia pun menangis dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawakan makanan setiap pagi, ia begitu mulia...” akhirnya pengemis buta tersebut bersyahadat di hadapan Abu Bakar r.a.
Dari kisah di atas, kita dapat mengambil pelajaran betapa mulianya sifat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Yang suka menolong sekalipun kepada pengemis yahudi yang selalu menghinanya. Beliau Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak pernah marah, malah sebaliknya beliau menunjukkan kecintaannya kepada orang yang membencinya.
Semoga kisah nyata ini dapat menjadi teladan kepada kita untuk berbuat baik kepada siapapun, sekalipun kepada orang yang membenci dan menghina kita.
Amiin Ya Robbal Alamiin...
Wallahu ‘Alam Bisshawab.
Sumber
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.